Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy N. Mandey mengungkapkan bahwa, sudah ada ribuan toko ritel yang tutup selama pandemi Covid-19 yang diikuti kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
Dari data indikator yang dimilikinya, pada 2020 ada 5-6 toko swalayan yang harus tutup setiap harinya, sehingga jika ditotal dalam setahun mencapai sekitar 1.300 toko yang tutup. Kemudian tahun ini, pada tiga bulan pertama sebanyak 1-2 toko ritel yang tutup per harinya.
“Kalau dihitung-hitung, di 2020 sekitar 1.300 toko yang tutup. Kemudian pada 2021, tiga bulan pertama sekitar 88 toko swalayan yang tutup. Di situ ada minimarket, supermarket, hypermarket, jadi gabungan. Kalau ditambah dengan 3 bulan lagi, berarti sudah ada sekitar 200-an toko swalayan yang tutup,” kata Roy Mandey dalam konferensi pers virtual, Kamis (22/7/2021).
Dengan kondisi tersebut, Roy memperkirakan kerugian yang diderita pengusaha ritel akibat pandemi Covid-19 yang tak kunjung usai mencapai hingga miliaran rupiah.
“Kita ambil rata-rata saja, satu minimarket dengan biaya franchise Rp 400-500 juta katakanlah Rp 1 miliar, kemudian supermarket Rp 20-25 miliar, hypermarket Rp 30-35 miliar belum termasuk aset gedung. Kita hitung saja, kalau kita ambil rata-rata saja, sebut Rp 5 miliar kemudian dikalikan 1.300, sudah berapa angkanya kerugiannya?,” papar Roy.
Menurut Roy, seharusnya pemerintah bisa memprioritaskan sektor ritel karena memiliki multiplier effect yang besar bagi ekonomi. Jika ritel tutup, ini juga akan berdampak pada UMKM serta pabrik makanan dan minuman. “Kalau ritel mati, apakah pabrik makanan dan minuman bisa hidup? Mereka mau jual ke mana? Jadi multiplier effect-nya besar sekali,” kata Roy. (*/cr2)
Sumber: beritasatu.com