Lamongan – Perajin tenun ikat khas Lamongan terimbas pandemi COVID-19. Selama pandemi permintaan tenun ikat menurun drastis. Tak hanya tenun ikat, songkok pun turut terdampak. Namun saat Ramadhan 2021, permintaan tenun ikat meningkat.
Salah satunya yang mengalami peningkatan yakni perajin tenun ikat di Desa Parengan, Kecamatan Maduran. Sebelumnya mereka mengaku hanya laku 2 hingga 3 kodi tenun ikat. Namun ramadhan ini naik 10 kali lipat.
“Biasanya di bulan-bulan sebelum ramadhan hanya laku 2 sampai 3 kodi, tapi kali ini sarung yang kami produksi laku 10 sampai 12 kodi,” kata salah satu perajin sarung tenun ikat dari Desa Parengan, Kecamatan Maduran, Miftahul Khoiri kepada wartawan, Selasa (27/4/2021).
Tahun 2020 lalu, terang Miftahul, penjualan sarung tenun ikatnya turun drastis. Namun seiring pemulihan ekonomi dan membaiknya status penyebaran COVID-19, penjualannya mulai berangsur naik.
“Alhamdulillah tahun ini pesanan banyak, mas. Alhamdulillah permintaan banyak lagi,” kata Miftahul.
Meski mulai mengalami kenaikan, Miftahul belum berani mempekerjakan semua karyawan yang berjumlah 100 orang. Miftahul hanya memperkerjakan 75 pekerja. Pasalnya, pasar belum pulih karena COVID-19.
Meski 25 pekerjanya tidak dilibatkan untuk produksi sarung tenun ikat, pihaknya mengajak bekerja sebagai kuli bangunan. “Tidak semuanya dari 100 pekerja yang biasa memproduksi tenun ikat masuk, hanya 75 orang yang masuk, karyawan kami yang nganggur itu kita ajak kerja sebagai kuli bangunan,” jelasnya.
Tak hanya menerima pesanan tenun ikat dari dalam negeri, Miftahul menyebut, pesanan sarung tenun ikatnya juga mulai banyak diorder dari luar negeri. Negara Malaysia dan juga negara-negara di Timur Tengah juga memesan sarung tenun ikat dari tempat Miftahul. Bahkan, sarung tenun ikat Miftahul dengan nama rumah produksi Paradila itu juga sudah merambah negara di Benua Afrika, yakni Somalia.
“Alhamdulillah selain dalam negeri, kami juga memenuhi permintaan dari luar seperti Somalia dan untuk busana tenun ikat itu kita ekspor ke Malaysia,” terangnya.
Kain dan sarung tenun ikat itu, lanjut Miftahul, selain dijual di rumah produksi Paradila di desanya Kecamatan Maduran, juga dikirim ke beberapa toko perwakilan di seluruh Indonesia. Beberapa kota itu seperti Jakarta, Surabaya, Samarinda, Manado dan beberapa kota lainnya.
“Untuk harga kisaran mulai ratusan ribu hingga jutaan rupiah,” imbuh Miftahul.
Tenun ikat Parengan yang juga menjadi kebanggaan Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa ini terus berbenah agar semakin diminati. Salah satu yang dilakukan dengan membuat motif dan model tenun yang menyesuaikan perkembangan zaman. Meski demikian, motif dan model tersebut tetap menampilkan ciri khas batik Lamongan.
“Selain memproduksi sarung, kami juga memproduksi busana tenun ikat muslim,” ujarnya.
Dan nama Krisdayanti sebagai salah satu artis yang memakai tenun ikat khas Lamongan produksinya. “Alhamdulillah hampir 100 persen artis ibukota Jakarta memakai busana tenun ikat muslim dari kita, seperti mbak Krisdayanti dan lainnya,” pungkasnya. (*/cr4)
Sumber : riau.siberindo.co